Selasa, 08 Januari 2008

RESOLUSI TAHUN BARU:

Komitmen Mengelola Ketidakpastian

Lembaran buku kehidupan Tahun Baru 2008 sudah dibuka. Perhelatan pergantian tahun masih segar dalam ingatan. Ucapan selamat tahun baru, happy new year masih dilakukan oleh siapapun. Pulsa handphone dan lembaran email masih saja terkuras mumpung masih hangat dan tidak ketinggalan menyambut tahun baru, yang menurut feng shui adalah tahun tikus tanah.

Banyak paranormal mulai dari Mama Laureen hingga Ki Joko Bodo, dan masih banyak juru terawang handal lainnya yang melayani kaum kelas bawah hingga kelas bintang lima telah memberikan prediksi atau terawangan mereka untuk sebuah tahun yang bernama 2008. Peramalan yang ditujukan untuk bidang POLEKSOSBUDHANKAM hingga perkawinan dan perceraian para artis telah menjadi komoditas yang memiliki nilai jual bagi sang paranormal. Hasil terawangan mereka beragam warna ada yang menimbulkan rasa was-was bagi banyak kalangan tetapi ada juga yang biasa-biasa saja. Toh setiap orang tanpa harus menjadi paranormal dengan bebas dan rational dapat memberikan prediksi atas alam dan seisinya khususnya atas manusia sebagai makhluk yang mulia di tengah alam semesta ini. Perkara ramal meramal menjadi tayangan dan fenomena pada setiap menjelang memasuki tahun yang baru. Tidak kalah hebohnya pergantian tahun 2007 ke 2008. Sebuah tahun yang telah diawali dengan keprihatinan sosial berupa meluapnya Bengawan Solo sebuah sungai nun jauh di tanah Jawa yang demikian indah di mata Gesang sang Maestro.

Membuka lembaran kehidupan di tahun yang baru ada banyak perasaan. Gembira, sedih, antusias, takut semuanya bercampur aduk. Untuk itu banyak tips dan trik yang dicari untuk menyikapi situasi dan kondisi di tahun yang baru. Banyak rencana dan mimpi yang ingin diwujudkan di tahun yang masih sarat dengan tanda tanya ini. Ada orang menyebutnya resolusi.Maka menjadi familiarlah Resolusi 2008. Orang berlomba-lomba membuat resolusi, bahkan ada yang tidak kalah hebohnya dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB, aya aya wae. Berikut ini ada satu contekan Resolusi 2008 dari seorang teman saya: pertama, merampungkan skripsi yang sempat tertunda, yach dapat nilai B juga tidak apa-apa yang penting cepat lulus. Kedua, going better, Lebih sabar, lebih kuat, lebih pinter, lebih baik, lebih mandiri dan lebih dewasa. Ketiga, menulis cerpen atau novel. Keempat, menuju ke barat, menuju matahari alias pulang kampung atau mudik. Kelima, menaikkan berat badan karena saya tergolong kutilang darat (kurus tinggi langsing dada rata). Keenam, keluar negeri: naik haji, cari beasiswa. Ketujuh, Rajin nabung. Kedelapan Bisa ke London ato Paris. Suatu resoluasi yang relevan dan signifikan, minjam istilah JK Wakil Presiden Republik Mimpi. Namun, sang teman tersebut juga tidak sepenuhnya yakin apakah resolusi ini bakal terwujud at least dua atau tiga di antara semua item resolusi. Lalu saya bertanya, kenapa Anda ragu-ragu dengan resolusi yang Anda buat. Jangan berani berjanji kalau khawatir tidak dapat dilaksanakan. Tapi jawaban klise teman ini sungguh santai ”ya namanya juga usaha”.

Teman tersebut bertanya, Boss.....apa resolusi 2008. Jawaban saya santai saja. Resolusi saya adalah tidak ada resolusi. Apa artinya resolusi kalau nanti tidak ada yang bakal tercapai dengan sempurna sehingga berhak untuk mengakhiri sekaligus menutup buku kehidupan tahun 2008 dengan bangga, ugahari dan happy ending. Bagi saya, yang paling penting adalah bagaimana menjalani hidup apa adanya dan tetap positive thinking serta terus memelihara intuisi. Sebuah komitmen yang tidak pernah berubah dari tahun ke tahun dan saya merasa cukup enjoy dengan komitmen tersebut.

Tahun 2008 just in time. Hanyalah sebuah angka. Kehidupan tentu harus tetap berjalan ke depan. Pertarungan harus tetap dimenangkan. Hidup adalah sebuah arena pertempuran yang menghasilkan pemenang dan yang kalah. Dalam hidup banyak elemen ketidakpastian. Ketika menghadapi setiap pekerjaan perlu tetap disadari adanya hal yang tidak disukai. Sesuatu yang tidak disukai juga harus diterima apa adanya. Apakah sesuatu yang belum pasti harus ditakuti? Tentu saja tidak. Dalam menyikapi roda sang waktu ada hal yang perlu selalu diingat: bahwa semua yang lalu biarlah berlalu bersama perginya tahun yang lalu. Segala sesuatu yang lagi kejadian saat ini juga pasti akan berlalu. Yang belum tentu terjadi tidak perlu dirisaukan karena hari esok memiliki kesusahannya tersendiri. Apa yang belum datang tidak perlu ditakuti. Sikap sugesti dan skeptis perlu dipelihara.

Sah-sah saja bila berbagai resolusi disiapkan. Apapun bentuknya, resolusi yang baik dan ideal harus didukung oleh komitmen tinggi untuk mengelola hal-hal yang belum pasti (managing the unpredictable things). Karena bagaimanapun hidup yang benar harus bermakna bagi sebanyak mungkin orang dalam sekian banyak peristiwa dan dalam situasi dan kondisi apapun. Mengelola ketidakpastian butuh keberanian ekstra. Resolusi dan tidak punya resolusi hanya sebuah pilihan. Tapi yang pasti adalah bagaimana memberi makna pada pilihan yang dijatuhkan. Bagi yang telah menginventarisasi resolusi selamat membuat resolusi menjadi kenyataan. Selamat memasuki tahun baru. Sebuah rentang waktu yang penuh dengan tanda tanya. Mari mengubah tanda tanya menjadi tanda seru...***...