Jumat, 08 September 2017

Lintang Kemukus

Lintang Kemukus Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Garam Mogok Asin

Aku garam. Bentukku macam-macam. Kebanyakan sudah halus dan siap tabur. Tapi di kampung-kampung, masih ada juga yang menggunakanku dalam bentuk kotak-kotak batangan. Mesti ditumbuk sebelum dicampur dalam masakan agar cepat larut.

Rasaku? Jangan ditanya lagi. Keasinanku sudah terkenal dari masa ke masa. Ada yang sangat asin, asin dan cukup asin. Maka kau bisa menaburkanku sesuai dengan kadarnya.

Tanpaku masakan jadi terasa hambar dan tak nikmat. Coba saja kalo tak percaya. Tapi jangan coba-coba mencicipinya begitu saja dalam jumlah banyak. Lidahmu akan kelu keasinan.

Sebalnya, manusia tak menghargaiku! Berapa coba harga garam? Dengan lima ratus rupiah, manusia bisa mendapatkan sekantong garam. Padahal fungsiku tak sebanding dengan harga belinya. Seenaknya saja mereka meremehkanku. Mentang-mentang aku ada dalam jumlah banyak.
Aku memutuskan memulai aksi protes ini dengan mengirimkan sms berantai ke kawanan garam di sebuah kampung.

“Prens, sudah saatnya kita menyuarakan hak kita. Keadilan harus ditegakkan. Jangan mau dihargai semurah ini sementara manusia begitu rakus memanfaatkan kita. Mari bersama kita melakukan gerakan
... baca selengkapnya di Lintang Kemukus Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Senin, 04 September 2017

Ibuku Arti Sahabatku

Ibuku Arti Sahabatku Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Waktu semakin cepat berlalu. Itulah rangkaian kata kata yang membebani pikiran Lisa saat ini. Lisa adalah siswa yang sedang duduk di kelas satu SMP. Kebetulan hari ini Lisa genap berumur 13 tahun. Ia hanya bisa berharap dengan bertambahnya usianya bertambah juga kebijakan dalam memilih apapun dan semoga bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

Ia selalu berharap ingin melihat kebanggaan dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah ayahnya. Meski ia tahu bahwa itu hanya mimpi. Ayah Lisa meninggal dunia setahun yang lalu karena penyakit stroke yang dideritanya. Tetapi keadaan ini tidak membuat Lisa dan ibunya terpuruk dan larut dengan kesedihan. Mereka justru berusaha tabah dan tawakal menerima suratan takdir dari Sang Ilahi Robbi. Lisa juga begitu bangga dengan ibunya. Karena ibunya dapat memerankan dua peran sekaligus, yaitu menjadi ayah dan ibu walaupun belum sempurna tetapi Lisa tetap bangga kepadanya.

Pagi yang cerah, matahari bersinar sangat bersahabat. Pagi ini sebelum Lisa berangkat sekolah ibunya tak lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.
“selamat ulang tahun, Nak” kata ibu sambil memeluk Lisa.
“terima kasih, Bu. Ulang tahunku kali ini sangat berbeda. Tiada lagi senyuman manis dari Ayah” kata Lisa dengan wajah yang murung.
“ini.
... baca selengkapnya di Ibuku Arti Sahabatku Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Minggu, 03 September 2017

Wiro Sableng #61 : Makam Tanpa Nisan

Wiro Sableng #61 : Makam Tanpa Nisan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

MATAHARI belum lama tenggelam. Namun pulau kecil di pantai barat pesisir Andalas itu telah ter-bungkus kegelapan. Kesunyian yang mencengkam dibayang-bayangi oleh deru angin laut dan debur ombak yang memecah di pasir pulau. Sesekali kunang-kunang be-terbangan di udara, sesaat menjadi titik-titik terang yang tak ada artinya lalu menghilang lenyap dan kembali ke-gelapan kelam menghantui.

Sesosok tubuh berjalan terbungkuk-bungkuk dalam ke-gelapan. Gerakan kedua kakinya enteng dan hampir tidak terdengar. Namun binatangbinatang melata yang ber-telinga tajam dan ada disekitar situ masih dapat men-dengar gerakan langkah kaki orang ini lalu cepat-cepat melarikan diri menjauh.

Di samping serumpun pohon bakau orang ini hentikan langkahnya. Telinganya dipasang tajamtajam. Kedua mata-nya memandang tak berkesip ke muka. Di depannya dalam kegelapan dia melihat, ada mata air kecil jernih, yang mem-bentuk sebuah parit dangkal. Dia mengikuti parit itu ke arah seberang sana hingga pandangan matanya tertumbuk pada akar sebuah pohon yang sangat besar.

Lama orang ini menatap pohon besar yang tegak menyeramkan sejarak dua puluh langkah dari tempatnya berdiri. Matanya memandang ke arah batang pohon yang besarnya lebih dari tiga pemelukan tangan manusia itu. Lalu dia menyeringai dan gelengkan kepala. Dari mulutnya terdengar ucapan perlahan.


... baca selengkapnya di Wiro Sableng #61 : Makam Tanpa Nisan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1