DARI “OPEN MOSQUE” DAN “OPEN CHURCH” UNTUK HARMONI
Peresensi:
Don Bosco Doho*
Judul :
MUSLIM BERTANYA KRISTEN MENJAWAB
Penulis :
Christian W. Troll
Alihbahasa :
Markus Solo Kewuta
Penerbit :
Elexmedia Komputindo
Tebal :
xxxix + 226 halaman
ISBN :
978-602-00-0759-5
Pandangan Komaruddin Hidayat,
Rektor UIN Jakarta, buku ini unik dan enak dibaca serta digolongkan sebagai
buku yang cerdas dan jujur. Ketika nilai-nilai humanisme yang berlaku universal
menjadi kebutuhan masyarakat modern maka berbagai batas yang telah lama
mengkotak-kotakkan manusia perlahan-lahan menipis. Nilai kemanusiaan,
persaudaraan, cinta kasih dan sejenisnya menembus batas kepentingan. Kesadaran
bahwa sesungguhnya manusia itu bersaudara adalah upaya menuju dunia yang harmonis.
Semua agama sebagai jalan menuju keselamatan umat manusia mengajarkan nilai
yang sama yakni cinta kasih terhadap diri sendiri, sesama manusia, lingkungan
hidup dan muaranya adalah cinta kepada Tuhan sang Pencipta.
Dari berbagai agama yang dianut
mayoritas masyarakat dunia adalah Kristen dan Muslim. Trend di dunia Barat
khususnya Jerman pada dewasa ini sering terjadi pertemuan antara Muslim dan
Kristen, antara jemaat-jemaat Masjid dengan jemaat-jemaat Gereja. Banyak upaya
yang telah dibangun untuk mempertemukan umat Kristen dan umat Islam yang
dimulai dari saling bertanya tentang iman dan praktek agama masing-masing.
Dialog
Antar Kitab Suci
Upaya di atas diinspirasi oleh
Surat Pertama Rasul Petrus (I Ptr 3:15) yang mengajak umat Kristen melalui ayat
yang berbunyi: “Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan
jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormaat
dan dengan hati nurani yang murni…”. Pertanyaan penting yang membutuhkan
jawaban tegas melalui perbuatan nyata adalah apaka umat Kristen sungguh-sungguh
siap untuk memberikan pertanggungjawaban tentang imannya dengan lemah lembut,
hormat dan hati nurani yang murni? Apakah orang Kristen memiliki
pengetahuan-pengetahuan dasar menyangkut pandangan khusus iman agama Islam
serta sensibilitas agamanya?
Pertanyaan-pertanyaan penting
dan mendasar di atas perlu dijawab dengan bijaksana. Agar menjadi bijaksana dan
dengan lemah lembut serta hormat menjawab setiap pertanyaan yang mungkin muncul
maka dibutuhkan sumber dan referensi yang memadai. Adalah Christian W. Troll,
SJ yang berupaya mempersiapkan jawaban kepada para penanya, dan dalam hal ini
adalah kaum Muslim. Troll, sang penulis buku, Muslim Bertanya, Kristen Menjawab menyadari bahwa agama Islam dari
hakikatnya merupakan agama yang senantiasa “membangkitkan pertanyaan” terhadap
doktrin-doktrin sentral iman agama Kristen dan keseluruhan eksistensinya. Oleh
karena itu, bertolak dari Alquran dan Sunnah, umat Islam akan selalu
mengartikulasikan hakikat “bertanya” kepada umat Kristen. Hal tersebut
merupakan tugas perutusan dasar yang integral dan disadari oleh setiap umat
Islam.
Christian W.Troll sungguh
menyadari makna Surat An Nahl ayat 125, Alquran yang mengamanatkan umat Islam
untuk mengundang orang lain untuk memeluk agama Islam sekaligus menganjurkan
tata cara di dalam berbicara atau berdiskusi. “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan himah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
Pendasaran di atas mendorong
sekelompok orang Kristen di Tunisia sejak tahun 1974 berdiskusi dan membahas
berbagai pertanyaan yang dilontarkan umat Islam kepada umat Kristen.
Diskusi oleh kelompok tersebut
menghasilkan tulisan yang dikemas menjadi: a) formulasi pertanyaan-pertanyaan
besar pihak Muslim, b) pandangan Muslim terkait pertanyaan-pertanyaan besar
tersebut secara umum maupun secara detail, c) pendangan teologis Kristen
tentang pertanyaan-pertanyaan besar tersebut, hingga d) sumbangan pemikiran
sekaligus merupakan jawaban pihak Kristen terhadap Muslim. Kemudian sebuah buku
ditulis dalam bahasa Prancis dan Inggris berjudul Trying to Answer
Question dan dimodifikasi secara
ringan oleh Institut Kepausan Untuk Studi Arabistik dan Islamologi.
Pengalaman penulis yang
menjelajahi dan mempelajari budaya Islam, dan bekerja dengan pihak Muslim di
berbagai wilayah dunia Islam, mendesaknya untuk melakukan publikasi tentang hal
yang sama di wilayah Jerman. Tulisan yang diulas oleh buku ini bertujuan untuk
memperkaya pembicaraan iman antara umat Islam dan umat Kristen yang
bersama-sama ingin mempromosikan dasar-dasar kebersamaan yang membuka jalan
serta ruang untuk hidupa berdampingan secara rukun serta bekerja sama di dalam
rasa solidaritas demi perdamaian.
Buku ini memuat 12 bab yang
ditulis secara konsisten dan teratur dari bab ke bab. Setelah menyelami empat
pengantar dari tokoh lintas agama di Indonesia yakni Rektor UIN Prof.
Komaruddin Hidayat, Pdt. Andreas A. Yewangoe dari Ketua Umum PGI, tokoh Katolik
yang adalah Cendekiawan Pastor Franz Magnis Suzeno, SJ serta Ketua Umum PP
Muhammadya Prof.Dr. Din Syamsudin maka pembaca dapat menelusuri ulasan pertama
yakni mengenai Kitab Suci dan Sabda Tuhan diikuti pembahasan tentang Ke-Allahan
Yesus dan Inkarnasi serta Salib, Dosa dan Penebusan.
Pada bab keempat digambarkan
pembahasan tentang Muhammad Sang Nabi: Juga untuk Orang Kristen? Sebuah pertanyaan
yang menarik dan enak disimak. Jawaban yang layak dijadikan referensi dalam
dialog antara Muslim dan Kristen dapat disimak di bagian ini. Lebih lanjut,
pertanyaan seputar Allah Tritunggal yang seringkali ditujukan kepada orang
Kristen dapat dicari jawabannya pada bab ini. Hal yang menarik adalah
pembahasan yang detail tentang Siapa itu Allah, Bapa, Putra dan Roh Kudus serta
timbulnya ajaran Allah Tritunggal. Sementara itu tentang Gereja, Ekaristi Kudus
dan Doa serta hal rohani dan jasmani merupakan pembahasan yang wajib dikuasai
dalam konteks dialog antaragama.
Pertanyaan yang sering ditujukan
kepada orang Kristen adalah mengenai status bujang seumur hidup yang diperankan
oleh kaum biarawan dan biarawati. Di satu pihak ini melanggar kodrat sebagai manusia
untuk membangun keluarga dengan segala konsekuensinya. Bagi orang Muslim
keputusan untuk sengaja membujang adalah sebuah keputusan yang egoistis.
Perkawinan adalah kewajiban dasar untuk umat Muslim dalam kerangka berpikir
bahwa perkawinan adalah setengah dari iman, kata sebuah hadits. Untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif maka pembaca dapat menggali pembahasan
pada halaman 154-156. Bagi orang Katolik, pilihan membujang dengan kaul
keperawanan di kalangan biarawan-biarawati diambil berdasarkan alasan pertama,
demi Kerajaan Allah atau Pewartaan Injil seperti Rasul Paulus, kedua demi
pelayanan terhadap sesama manusia yang menuntut penyerahan diri sepenuhnya
kepada tugas serta alasan ketiga adalah secara sadar meneladani Yesus yang
telah hidup membujang, juga mengikuti contoh Maria, Ibu Yesus yang tetap
“perawan” seperti ditegaskan dalam Kredo.
Manusia
makhluk yang berdialog
Penulis memandang perlunya
memberikan penegasan tentang Pluralitas Agama dan Kebebasan Beragama. Pada
bagian ini penulis mengawalinya dengan sebuah pertanyaan menarik: mengapa
terdapat begitu banyak agama padahal Allah sudah menganugerahkan satu kodrat
yang sama untuk semua manusia. Kalau benar agama-agama mengklaim diri universal
bagaimana mungkin setiap agama yang berbeda-beda juga universal?
Kemajemukan agama-agama adalah
suatu rahasia. Di satu pihak, kemajemukan agama berhubungan erat dengan
kepedulian Allah terhadap kebebasan manusia. Di pihak lain, agama berhubungan
erat dengan kondisi alami dari perkembangan manusia sejagat yang religius dan
kultural. Hanya melalui dialog dan proses saling belajar dapat membuka jalan
bagi agama-agama menuju kebersamaan dalam kebhinekaan, di mana manusia dapat
saling mengenal dan mengerti dalam keanekannya. Di atas semuanya itu, setiap orang
entah Kristen atau Muslim, hidup dan mengusahakan solidaritas dengan masyarakat
agamanya sendiri atau dengan kelompok dengan segala usahanya menuju perdamaian
dan kesejahteraan, entah itu dengan ummah
atau Gereja.
Buku yang highly recommended untuk dibaca oleh semua yang memiliki concern
terhadap kerukunan hidup beragama, dialog inter religius dan upaya sejenisnya
ditutup dengan uraian tentang Titik Sentral Kekristenan. Di sini dijelaskan
mengenai apa yang menjadi hakekat agama Kristen, dan apa yang menjadi sentrum
atau titik tengah keberadannya? Inti ajaran Kristen adalah Cinta Kasih. Cinta
Allah, Bapa semua umat manusia, menuntut cinta terhadap sesama manusia yang
dicintai oleh Allah tanpa kecuali sebagai anak-anakNya. Cinta di sini juga
merangkum semua musuh dan penganiaya: “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah
sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan
demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga…”. Orang Islam dan
Kristen berada bersama dalam perjalanan menuju Kerajaan Allah. Oleh karena itu
betapa indahnya hidup bersaudara. Kekuatan dari buku ini adalah tidak masuk ke
dalam pertanyaan tentang mana yang benar dan mana yang salah, juga tidak
membujuk atau meyakinkan, melainkan hadir memberi informasi yang mencerahkan.
Melalui “Open Mosque” dan “Open Church” timbul harmoni.
* Peresensi
adalah Dosen Ethics and Communication Philosophy pada STIKOM-The London School
of Public Relations Jakarta, Jakarta. Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Katolik
Ledalero Flores.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar